FOTO : Suasana ‘Ngopi Bareng Ketum’ dalam rangkaian Rakornas LDII Tahun 2025 [ist]
redaksi – radarkalbar.com
JAKARTA – DPP LDII menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Grand Ballroom Ponpes Minhajurrasyidin, Jakarta 22-23 Februari 2025.
Uniknya dalam rangkaian agenda yang mengambil tema “Peningkatan Kapasitas Organisasi Untuk Memperkuat Kolaborasi Menyukseskan Program Asta Cita dihelat Ngopi Bareng Ketum.
Sekretaris Umum DPP LDII, Dody Taufiq Wijaya mengatakan budaya ngopi semakin digemari semua kalangan, bahkan telah menjadi gaya hidup, karena saat ini dinilai menjadi sarana yang efektif dalam membangun komunikasi dengan para stakeholder.
“Ngopi menjadi tradisi yang saat ini sedang trend. Maka ‘diplomasi kopi’ dinilai menjadi sarana efektif untuk melakukan komunikasi informal dengan stakeholder,” ujarnya
Disebutkan secangkir kopi tidak sekedar menghangatkan suasana tetapi juga memiliki dimensi sosial.
“Ngopi bareng mampu mempererat silaturahim dan berbagai hal bisa didiskusikan, termasuk urusan keumatan. Dan komunikasipun lebih cair,” kata Dody.
Sesuai tema Rakornas ‘Peningkatan Kapasitas Organisasi Untuk Memperkuat Kolaborasi Menyukseskan Asta Cita pendapatnya upaya untuk komunikasi perlu diperkuat karena jalinan sinergisitas dapat terbangun apabila terbangun komunikasi yang baik.
“Jadi kalau sudah ada chemistry diyakini sinergisitas terbangun dan turut menyukseskan program pemerintah. Inilah harapan dan dorongan saya untuk seluruh pengurus LDII di daerah. tegasnya.
Kesempatan sama, Ketua DPW LDII Kalbar, Susanto merasa senang dengan konsep ngopi bareng dalam agenda rakornas.
“Kami mengaku bangga dan salut dengan DPP, karena Rakornas yang dihelat tidak lagi monoton, tetapi mengikuti trend kekinian yakni ngopi bareng. Disinilah kami menemukan suasana kekeluargaan,” katanya
Faktanya lanjut dia secara substantif para utusan dari 37 DPW tanpa sekat bisa sharing informasi termasuk kemampuan problem solving.
“Jika curhatan dan sharing dikemas dengan ngopi bareng cenderung rileks dan santai, namun subtansi untuk bertukar pikiran termasuk kemampuan problem solving juga tidak hilang,” ungkap Susanto.
Kegiatan ini sangat menginspirasi untuk bisa diterapkan di Kalbar, apalagi ngopi menjadi budaya masyarakat.
“Komunikasi formal tetap dilakukan, tetapi Pontianak yang dijuluki kota seribu warung kopi, imengindikasikan ngopi sangat pas jika kerja-kerja organisasi khususnya membangun sinergi bisa diawali dengan ngopi bareng. Sederhana tapi bermakna,” pungkasnya. [red/r]