Tragis, Gagal ke Semifinal Senasib Malaysia

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

“WAH, mau sembunyi di mana ya. Timnas kalah dan gagal ke semifinal. Bakal habislah di-bully netizen Malaysia ni.”

Timnas kita lagi-lagi bikin drama epik, kayak nonton sinetron jam tayang utama. Tapi kali ini bukan tentang cinta segitiga, melainkan handball segitiga di kotak penalti.

Akhirnya, seperti cerita klasik, Timnas kalah 0-1 dari tamunya Filipina di Piala AFF Mitsubishi Electric 2024.

Wasit Takasaki asal Jepang jadi cameo utama yang siap diserbu netizen. Bung Towel? Pasti juga kena getahnya, karena entah bagaimana, selalu ada orang yang akan nyalahin dia juga.

Baru menit 10, Hannan bikin kejutan pertama. Dia mencoba merebut bola dari kiper Filipina, Patrick Deyto. Hasilnya? Deyto cedera dan diganti Quincy Kammeraad.

Tapi jangan salah, laga ini tetap lebih keras dari patah hati. Asnawi kena kartu kuning di menit 19, mungkin karena wasit merasa bosan kalau nggak ada yang dikartu.

Menit 25, Paul Tabinas giliran kena kartu kuning, lalu diikuti Adrian Ugelvik menit 33. Sudah kayak acara bagi-bagi hadiah. Tapi, highlight sebenarnya adalah Muhammad Ferari.

Si kapten Timnas ini bikin aksi ala MMA di menit 44. Dengan entengnya, dia nyikut pemain Filipina dan langsung dikartu merah. Drama semakin intens, Timnas harus bermain dengan 10 pemain. Babak pertama selesai 0-0, tapi hati penonton sudah mulai ambyar.

Masuk babak kedua, Filipina gaspol. Menit 47, Uriel Reyes Dalapo juga dapat kartu kuning. Tapi puncak drama terjadi saat pemain Timnas bikin handball di kotak penalti.

Semua orang berharap VAR bakal jadi pahlawan, tapi ternyata harapan hanya tinggal harapan. Penalti tetap diberikan, dan Bjorn Kristensen sukses menjebol gawang Cahya Supriadi. Filipina unggul 1-0.

Shin Tae-yong mencoba segala cara. Masukkan Hoky Caraka, Arkhan Kaka, Ronaldo Kwateh, sampai Victor Dethan, tapi tetap saja gol tak kunjung datang.

Filipina mulai memainkan “seni bela diri pura-pura sakit,” mengulur waktu dengan gaya yang bikin gregetan.

Sementara kita sibuk menghibur diri, Vietnam asik berpesta gol. Mereka membantai Myanmar 5-0, seperti memperlihatkan apa itu definisi sepak bola tanpa drama.

Vietnam juara grup B, Filipina runner-up, dan kita? Ya begitulah.

Banyak yang bilang kegagalan ini wajar, karena Timnas cuma bawa pemain U-22. Tapi kalau sudah kalah di kandang sendiri, kok ya rasanya tetap nyesek.

Apalagi, Filipina bawa pasukan naturalisasi lengkap. Kayaknya kita harus belajar dari mereka, kalau kalah, kalah gaya.

Netizen, bersiaplah. Wasit Takasaki pasti akan jadi target utama, meskipun dia hanya menjalankan tugas. Ferari, semoga kuat menghadapi “penghakiman” netizen.

Dan Bung Towel, kalau Anda baca ini, maaf ya, nama Anda selalu muncul tanpa alasan jelas.

Timnas memang gagal ke semifinal, tapi setidaknya kita masih punya target lebih besar, Piala Dunia. Bukan Piala Chiki.

Mari berharap, sambil menahan tangis dan membayangkan jika suatu saat kita bisa seperti Vietnam atau ya, paling nggak Filipina dulu deh, ups.

Kegagalan ini, Timnas senasib dengan jiran, Malaysia. Sama-sama gagal dan mewek.

#camanewak