Update Perang Iran vs Israel, Korban Terus Berjatuhan

FOLLOWER saya selalu minta “Bang, update perang Iran vs Israel, dong!” Sepertinya mereka selalu ingin tahu seperti apa jalannya perang.

Maklum, perang di satu sisi menyedihkan, di sisi lain bisa menjadi tontonan. Baiklah saya coba hadirkan update terkini dari sejumlah media; al-Arabiya, Hindustan Times, CNBCTV18, dan Aljazeera. Selalu seruput kopi agar pikiran tetap encer dan waras, wak!

Teheran dan Tel Aviv kembali membuka babak baru dalam serial drama intergalaksi berjudul “Perang Tak Pernah Libur.” Tanggal 19 Juni ini menjadi hari ketujuh, bukan puasa, tapi puasa nalar, sebab yang terjadi bukan peperangan biasa, ini adalah kolaborasi absurd antara misil, dendam geopolitik, dan filsafat eksistensial yang salah arah.

Israel memutuskan untuk bermain dart raksasa dengan menargetkan 20 titik vital di sekitar Teheran, termasuk reaktor Arak dan Natanz yang entah kenapa masih dinamai seperti merek mie instan. Iran membalas dengan rudal balistik dan drone bertenaga ego, menghantam tidak hanya situs militer tapi juga Pusat Medis Soroka.

Karena dalam logika perang, menyakiti rumah sakit dianggap sah, selama nuan (anda) memakai dasi diplomatik sambil melakukannya.

Tak ayal, kota-kota berubah menjadi orkestra sirene, ledakan, dan tangisan bayi yang bahkan belum tahu siapa itu Netanyahu.

Dengan lebih dari 600 orang tewas di Iran dan 1.300 lainnya terluka, serta 24 jiwa melayang di Israel, tragedi ini terus mencetak angka seperti pemain Mobile Legends yang ketagihan kill streak. Sayangnya, tidak ada MVP.

Hanya statistik kesedihan yang akan masuk ke lembaran sejarah, diapit oleh tanda bintang dan catatan kaki bertuliskan, “Bisa jadi hoaks, tergantung siapa yang nulis.”

Presiden Donald Trump, kini entah sebagai mantan atau reinkarnasi dari George Patton, sedang meninjau opsi serangan militer sambil main golf. Rusia dan Tiongkok, seperti dua tetangga yang bosan tapi gak bisa pulang karena kuncinya hilang, mengecam Israel sambil mencatat, “Oke, kita tetap jual senjata ke siapa pun yang menang.”

Sementara itu, India, Australia, dan Selandia Baru mengevakuasi warganya. Karena satu hal yang pasti, kalau ada perang, lebih baik berada jauh dari lokasi, duduk di kursi empuk, lalu bikin video reaction untuk konten TikTok.

Iran mengalami pemadaman internet total. Bukan karena misil, tapi karena WiFi nasional yang ternyata dipegang oleh admin Zaman Dinosaurus. Di sisi lain, peretas Israel menyusup ke siaran TV pemerintah Iran dan menayangkan video demonstrasi. Rakyat Iran pun bingung, “Ini berita, sinetron, atau trailer Black Mirror musim baru?”

Perang telah bergeser dari ladang pasir ke medan piksel. Di sini, meme bisa membunuh reputasi lebih cepat daripada peluru membunuh logika.

Pemimpin Tertinggi Iran memperingatkan Amerika, “Jangan ikut campur!” kalimat yang sudah dikatakan 734 kali sejak 1979. Pejabat Israel pun membalas dengan gaya ala telenovela Meksiko, “Kami tidak akan berhenti sampai mereka sadar siapa bosnya di Timur Tengah.”

Di balik layar, dunia bertanya-tanya, siapa sebenarnya penulis naskah semua ini? Karena terlalu teatrikal, terlalu absurd, dan terlalu… manusiawi.

Apa yang sedang terjadi bukan lagi soal siapa salah siapa benar. Ini soal ego kolektif yang ingin dikenang lewat kehancuran. Ini soal para jenderal yang bermain catur di papan dunia, dengan rakyat sebagai pion-pion yang tidak pernah diajari cara melangkah.

Jean-Paul Sartre mungkin akan berkata, “Perang ini bukan hanya keberadaan tanpa esensi, ini esensi tanpa otak.” Sementara Nietzsche akan menambahkan, “Jika kau terlalu lama melihat ke dalam misil, misil pun akan melihat balik ke dalam dirimu.”

Kita, umat manusia, seperti biasa, duduk menonton, minum kopoi, dan berharap sinetron ini tamat sebelum kita kehabisan logika. Selamat datang di abad ke-21, di mana bom pintar diluncurkan oleh kebodohan purba.

#camanewak
Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]

Share This Article
Exit mobile version