FOTO : Saat warga bergotong royong mengerjakan penahan abrasi di kolong Jembatan Sungai Tayan perbatasan Desa Kawat – Desa Pedalaman [ sery tayan ]
Tim redaksi – RADARKALBAR.COM
SANGGAU – Tiap sore, sejak beberapa hari belakangan ini, sejumlah warga terlihat melaksanakan aktivitas di kolong Jembatan Sungai Tayan, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalbar.
Usut punya usut, mereka yang berkumpul di tepian sungai Tayan sambil membawa cangkul, sekop, dan ember kecil dan alat-alat lainnya untuk membangun penahan abrasi sungai.
Hal ini karena ada kekhawatiran yang menyeruak, namun semangat mereka lebih besar, untuk menyelamatkan jalan antar desa dan abutmen/pondasi jembatan Sungai Tayan yang menjadi urat nadi kehidupan warga.
Jembatan ini, terletak di batas Desa Kawat dengan Desa Pedalaman, dan di kolong jembatan persis dekat abutmen ada ruas jalan status desa yang selama ini menjadi akses penghubung warga.
Sosok penggerak kegiatan ini, H. Ansharuddin, tampak juga Akhirudin (Pak Moh Udin), Muhammad Hasbi (Ngah Prancis), H . Agus Jumadi, Sirajul Ikhsan, Dani, dan Aar Ojeng serta warga lainnya.
Aktivitas itu, dilaksanakan tidak melalui rapat yang panjang, dan biayanya pun murni dari mereka, karena khawatir ruas jalan yang berada di kolong bentangan Jembatan Sungai Tayan itu akan ambruk ke sungai.
“Dulu pernah kami timbun dengan tanah. Tahu-tahu longsor lagi. Nah, ini kita buat penahan dan di cor semen,” ujar H . Ansharuddin.
“Kami tidak mau menunggu sampai jalan ini putus atau jembatan terkena dampaknya. Ini akses utama jalur tepi sungai, masih aktif digunakan. Dan kita menyelamatkan pondasi jembatan ini,” ungkap Ansar, sembari mengangkat ember kecil berisikan adukan semen.
Abrasi di Sungai Tayan bukan hal baru, namun beberapa waktu terakhir kondisinya memburuk. Garis daratan terus mundur. Bahkan tanah pondasi jalan mulai terlihat retak memanjang.
Melihat kenyataan itu, maka sejumlah warga tersebut merasa terpanggil untuk bertindak.
“Kalau bukan kita siapa lagi? Walaupun sederhana, setidaknya bisa menahan kikisan air sementara menunggu perhatian lebih dari pemerintah,” tukasnya.
Proses pengerjaan berlangsung dengan penuh kekeluargaan. Sejumlah warga ada yang mengaduk semen dan menuangkan dalam kerangka penahan tebing yang dibuat. Peluh bercucuran, tapi tawa dan semangat tak pernah surut.
Ia menyebut gotong-royong ini sebagai napas kebersamaan yang harus terus dijaga.
“Ini bukan sekadar membangun penahan abrasi, tapi merawat solidaritas. Kita ingin akses jalan ini tetap bertahan,” cetusnya.
Tanggul sepanjang 15 meter itu kini berdiri di perbatasan dua desa, menjadi simbol kepedulian warga. Hasilnya mungkin belum sempurna, namun sudah jadi pagar harapan yang menjaga jalan desa dan abutmen jembatan Sungai Tayan dari ambruk.
“Kami berharap pemerintah bisa turun tangan membangun bronjong atau turap permanen. Tapi sebelum itu datang, kami akan terus berusaha menjaga yang ada,” ujar Pak Moh Udin sambil memegang cangkul untuk mengaduk semen didepannya.
Di tepian Sungai Tayan, gotong-royong itu bukan sekadar kerja fisik. Ini adalah wujud cinta warga pada tanah tempat mereka berpijak.
Dan tempat generasi demi generasi tumbuh dan bertahan. Karena bagi mereka, membentengi desa bukan hanya pekerjaan teknis, tapi panggilan hati yang lahir dari rasa memiliki. [ red ]
editor : SerY TayaN
publisher : admin radarkalbar.com