Begini Keseruan Perang Ketupat dan Mandek Bedel Keraja’ Keraton Tayan

Tayan Hilir (radar-kalbar.com)- Ribuan warga kota Tayan, antusias mengikuti dan menyaksikan ritual Mande Bedel Keraja digelar Keraton Pakunegara, Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kamis (15/11).

Menariknya, usai digelar ritual Mande Bedel Keraja ini dilaksanakan perang ketupat disepanjang bantaran sungai Kapuas, yang dilewati kapal pembawa benda pusaka Bedel Keraja tersebut.

Upacara Mande Bedel Keraja dirangkai dengan festival budaya Melayu pada tanggal 15 – 18 November.

Alkisah, Mande Bedel Keraja merupakan sebuah ritual adat yang sudah berlangsung lama atau sejak Kerajaan Tayan berdiri pada zaman Raja pertama bernama Gusti Lekar yang beristrikan Encik Periuk.

Upacara ini dibuka Bupati Sanggau Paoulus Hadi, S IP, M Si, dihadiri pula Raja Sanggau Pangeran Ratu Suryanegara Drs H Gusti Arman M Si, Anggota DPR-RI Sukiman, Danlanud Supadio Pontianak Marsekal Pertama TNI Minggit Tribowo, Dandim Letkol Inf Herry Purwanto, Sanggau Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalbar Priyono, Ketua PGRI Kalbar Samion, perwakilan Raja se-Kalbar, kaum kerabat Keraton Paku Negara Tayan, unsur forkopimda, Direksi PT Antam, perwakilan Bank Kalbar, Ketua DPP MABM Kalbar dan pengurus DAD.

Raja Keraton Pakunegara Tayan Gusti Yusri memaparkan ihwal bedil merupakan senjata kerajaan, yang jika dimandikan ketika negeri dilanda kekeringan, atau diserang wabah penyakit, serta bala bencana. Yang biasanya ada isyarat mimpi yang dialamatkan kepada raja atau pemimpin sesepuh negeri. Kemudian air dari mandian bedil kerajaan itu, digunakan untuk menyembuhkan penyakit manakala ada wabah, atau digunakan untuk memupuk tanaman padi yang juga sebagai air tolak bala,

“Ritual Mandek Bedel Keraja ini dilaksanakan di dalam keraton dan di luar, yakni di muara Sungai Tayan persis diujung Tanjung merupakan salah satu situs sejarah Kerajaan Tayan,” ujarnya. Sementara itu, perang ketupat, yakni rangkaian dari mandi bedil kerajaan. Dinamakan perang ketupat, yakni sebagai bentuk simbolik tolak bala yang kemungkinan melanda negeri (Keraton Tayan) dengan cara saling melemparkan ketupat tolak bala, antara warga di pinggir sungai dengan warga yang menggunakan motor air, yang diselenggarakan di muara Sungai Tayan hingga menuju Istana Keraton Pakunegara Tayan di Desa Pedalaman yang berjarak sekitar satu kilometer.

“Ketupat yang digunakan untuk perang tersebut, yakni hasil penyerahan dari masyarakat di sekitar keraton secara sukarela. Ketupat tolak bala tersebut bentuknya berbeda dengan ketupat pada umumnya. Ketupat yang diserahkan itu dari hasil panen dan hanya 21 buah setiap kepala keluarga  yang menyerahkannya,” ungkap Yusri.

Dalam kesempatan itu, perang ketupat tersebut melibatkan seluruh unsur masyarakat, tanpa membedakan suku, agama, dan menjadi tradisi bersama, termasuk tamu yang akan hadir dalam festival ini.

Ketua panitia pelaksana, Junaidi Basrah mengatakan ritual budaya keraton Pakunegara berupa Mande’ Bedel Keraja dan Perang Ketupat telah dilaksanakan.

Selain itu, dilaksanakan beberapa perlombaan diantaranya lomba perahu, memanah, kaki antu, pangka gasing, embenter, cangkelele,congkak, bunga penca silat. “ Saya berterima kasih untuk seluruh kehadiran masyarakat dan para tamu undagan yang sudah hadir disini dan terus jaga keamanan bersama,” ujarnya.

Bupati Sanggau Paolus Hadi dalam sambutannya mengatakan kegiatan festival Keraton Tayan ini dapat dilaksanakan setiap tahunnya sebagai wadah menjalin silaturahmi masyarakat secara umum dan khususnya etnis Melayu, sebagai wujud keberagaman dalam memajukan budaya nasional.  “Kegiatan kebudayaan merupakan urusan wajib yang dilaksanakan sesuai Undang – undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang merupakan urusan wajib dalam penguatan pendidikan karakter. Semoga menjadi harapan kita bersama kedepan generasi muda agar berkwalitas, kreatif berbudaya dan bermartabat dengan nilai lokal dan bangga dengan identitas dirinya sebagai bangsa yang berbudaya,” pungkasnya.

Sesi pembukaan tersebut disuguhkan juga beberapa tarian persembahan, guna sebagai penghormatan dalam penyambutan tetamu yang menghadiri kegiatan tersebut.

 

 

Pewarta  : Jonathan K

Editor    : Sery Tayan