Oleh : Dr. Rosadi Jamani, Ketua Satupena Kalimantan Barat
KALAH lagi, kalah lagi. Timnas harus mengakui kekuatan Irak 1-3 di babak penyisihan Grup D Piala Asia di Qatar tadi malam.
Dengan hasil ini, anak asuh STY berada di dasar klasemen. Walau kalah, masih ada harapan. Dengan catatan bisa menang di dua laga terakhir, lawan Jepang dan Vietnam. Kalah kalah lagi, wassalam.
“Skor 1-3, kok skornya mirip-mirip Pilpres. Kode alam kali ini bahwa 01 dan 03 akan kalah, Bang.”
Mulai nak cocokologi. Sepakbola tak ada hubungannya dengan politik. Cuma, gaya dan irama permainan mirip politik, itu benar. Ada saatnya menyerang.
Ada waktunya untuk diserang. Kadang juga jadi bulan-bulanan. Dihajar habis-habisan sampai tak berkutik. Laga Timnas vs Irak tadi malam, memperlihatkan itu. Asnawi cs yang dicap tim terlemah di Piala Asia 2024, tetap mampu memberikan perlawanan.
Padahal, dalam survei selalu berada di bawah. Marselino Ferdinan malah sukses membobol kiper salah satu raksasa Asia itu. Satu gol cukup membuktikan Timnas juga bisa menyerang, tidak jadi bulan-bulanan. Serangan juga banyak dilancarkan.
Cuma, garis pertahanan Irak memang kuat. Sulit ditembus. Sebaliknya, garis pertahanan kita yang dijaga Jordi Amat masih lemah. Penyakitnya, sering blunder. Ya, mirip capres ada yang sering blunder.
Irak bukanlah Brunei. Tim negeri seribu satu malam ini sudah level dunia. Langganan Piala Dunia lagi. Timnas berada di peringkat FIFA, 146, sementara Irak 63. Sangat jomplang. Secara kualitas juga jauh. Sering kehilangan bola, mudah di-presure, dan suka gerogi.
Enak ya jadi penonton, bisa tahu detail kelemahan pemain. Kadang, di politik juga demikian. Yang bukan caleg, macam pandai benar mencari suara di lapangan. Coba disuruh nyaleg, bisa lebih *perrak* (hancur) kate budak Pontianak.
Bagaimana pun, Timnas sudah berjuang. Perjuangan juga belum berakhir. Masih ada dua laga lagi. Vietnam dan Jepang lawan berikutnya. Satu-satunya harapan bisa menang, lawan Vietnam. Sebab, sama-sama wakil Asteng. Kalau Jepang sih, ngeri wak. Bagus tak usah nonton lah. Jerman saja dibantainya.
Kekalahan 01 dan 03, ups salah maksudnya 1-3 bukan untuk disesali. Inilah ujian sebenarnya Timnas. Lawan yang dihadapi para raksasa. Untuk menang memang berat. Tapi, bukan berarti tak bisa dikalahkan. Kadang di lapangan banyak hal tak terduga.
Contoh Hongkong di Asian Games, tim tak diunggulkan, tiba-tiba bisa tembus semifinal. Mudahan Timnas juga begitu, ada kejutan. Bisa ngalahkan Jepang, dunia bisa kaget dibuatnya.
Tetap cinta Timnas walau kalah. Kalah menang dan menang dalam sepakbola itu biasa sepanjang sportif. Begitu juga dalam Pilpres, menang dan kalah hal biasa sepanjang jujur dan adil. Bukan begitu kawan.
#camanewak