Benny J Mamoto Terima Dua Rekor MURI Untuk Museum Anti-Narkoba dan Museum Manguni

FOTO : Irjen Pol (P) Dr Benny Jozua Mamoto saat menerima dari Jaya Suprana (Red)

JAKARTA – radarkalbar.com

IRJEN Pol (P) Dr Benny Jozua Mamoto, SH, MSi selaku Ketua Umum Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU) menerima penghargaan dua rekor MURI dari Jaya Suprana.

Kedua rekor MURI itu diberikan untuk Museum Wale Anti Narkoba (WAN) pertama di Indonesia yang diresmikan pada 28 Februari 2014 oleh Ibu Djoko Suyanto (Isteri Menkopolhukam) selaku Ketua SIKIB Bersama Ibu Wakil Menteri Pertahanan, Ibu Wakil Menteri Pertanian, Isteri Jaksa Agung, Kepala BNN.

Saat itu, selain yang pertama, Museum WAN merupakan museum anti narkoba satu-satunya di Indonesia.

Kemudian rekor kedua jatuh ke Museum Manguni atau Museum Burung Hantu pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diresmikan pada 7 Juli 2017.

Museum WAN telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan registrasi museum nomor 71.02.k.06.0076 dan telah menerima Piagam Penghargaan Hasil Evaluasi Standardisasi Museum berupa Sertifikat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan No. 380/E2/Kb/2018 – Standarisasi Museum Tahun 2017 sebagai museum tipe B dan pada 2022 hasil evaluasi standardisasi museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan naik sebagai museum tipe A.

“Museum Wale Anti Narkoba merupakan museum tipe A satu-satunya di Sulawesi Utara. Saya bersyukur atas capaian ini karena tidak mudah untuk memenuhi ketentuan dan standar dalam borang akreditasi dari Kemendikbudristekdikti,” kata Benny Jozua Mamoto yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat.

Ide pendirian museum ini didasari oleh keprihatinan dan kekhawatiran semakin maraknya peredaran narkoba khususnya di kalangan anak-anak muda, pelajar, dan mahasiswa.

Upaya pencegahan melalui edukasi adalah langkah yang efektif dan efisien dibandingkan dengan langkah represif berupa pemberantasan narkoba, karena memerlukan anggaran yang besar dan telah menimbulkan korban.

Anak-anak muda yang telah mengonsumsi narkoba akan mengalami kerusakan kesehatan khususnya bagian otak dan organ tubuh lainnya. Dampak inilah yang akan mengancam masa depan generasi muda kita.

Impian bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi ketika generasi muda kita terpapar narkoba sehingga tidak mampu bersaing karena kualitas hidup dan kesehatannya sudah menurun atau rusak.

“Impian saya selaku penggagas Museum Edukasi Anti Narkoba ini adalah berdirinya museum edukasi seperti ini di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Maka anak-anak muda, orang tua, pelajar dan mahasiswa setempat dapat dengan mudah mengakses edukasi masalah ancaman serius narkoba ini,” papar Benny Jozua.

Untuk mewujudkan pendirian museum tersebut perlu kerja sama dan kepedulian semua pihak, baik Pemerintah Daerah, instansi terkait, maupun pribadi-pribadi yang peduli dan kalangan swasta melalui program CSR-nya, karena upaya ini memerlukan dukungan anggaran, baik untuk pendirian maupun operasionalnya.

“Sejak berdirinya Museum WAN tahun 2014 kami telah mengedukasi anak-anak sekolah dan masyarakat lebih dari 55.398 orang yang tergabung dalam 4.041 rombongan. Beberapa sekolah telah mewajibkan siswanya untuk mengikuti edukasi ini.”

Bila dibandingkan dengan model sosialisasi berupa seminar atau ceramah maka model edukasi melalui Museum Edukasi ini jauh lebih efektif dan efisien.

Museum Manguni

Ide pendirian Museum Manguni ini muncul ketika Benny Jozua melakukan perjalanan ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, Thailand, China, Malaysia, Italia, dan negara-negara lainnya.

Pertama, Benny menemukan Museum Owl (Burung Hantu) di Penang, Malaysia, Jepang, Korea, Thailand, berisi koleksi aneka ragam bentuk Manguni (Owl) yang terbuat dari kayu, logam, plastik, kaca, keramik, kain, mata uang kertas dan logam, materei dan sebagainya.

“Saya berpikir, mengapa di Sulawesi Utara, Kabupaten dan kota lambangnya Manguni, gereja terbesar GMIM lambangnya Manguni, berbagai ormas juga lambangnya Manguni, tetapi tidak memiliki museum seperti di beberapa negara tersebut. Di samping itu, Manguni di masyarakat Minahasa merupakan kearifan lokal. Sebelum ada teknologi, leluhur Minahasa menggunakan bunyi Manguni sebagai petunjuk,” tuturnya.

Manguni diberikan tempat yang khusus karena membantu masyarakat dengan memberi petunjuk atau tanda akan terjadinya sesuatu peristiwa.

Sejak saat itu, muncullah ide Benny untuk membangun Museum Manguni. “Saya mulai berburu buku tentang Owl dari berbagai negara sebagai referensi. Saya mulai berburu berbagai koleksi Owl dari seluruh dunia, termasuk koin mata uang Yunani kuno yang bergambar Manguni. Akhirnya isteri dan anak-anak saya serta teman-teman saya ikut membantu berburu koleksi Owl dari berbagai negara. Sampai saat ini baru terkumpul sekitar 1.426 koleksi Manguni. Anda akan dapat menyaksikan juga lambang-lambang Manguni yang digunakan oleh berbagai pihak berikut makna lambang tersebut,” tuturnya.

Untuk mengedukasi generasi muda maka Benny dibantu tim mulai mengumpulkan data dan informasi tentang persebaran Owl di dunia, spesiesnya, pelestariannya, dan sebagainya. Di samping itu, ditemukan hal yang menarik bahwa ada sekitar 130 kota di dunia menggunakan lambang Owl. Banyak pengunjung yang tertarik dengan lambang-lambang kota di dunia ini, karena bila dibandingkan dengan lambang Kabupaten dan kota di Sulawesi Utara maka sesungguhnya kita sejajar dengan 130 kota di dunia tersebut. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Masyarakat Sulawesi Utara.

Rekor Dunia dan MURI Terbanyak

Apabila Anda berkunjung ke komplek Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara “Pa’dior” di Jl. Pinabetengan, Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, maka anda akan menemukan beberapa hal yang baru dan pertama kali ada di Indonesia.

Nama “Pa’dior” (bahasa daerah Tontemboan) artinya terdepan atau terutama, atau bisa dimaknai sebagai pelopor.

Di lokasi “Pa’dior” anda dapat melihat empat museum yaitu Museum Wale Anti Narkoba, Museum Manguni, Museum Budaya Pinawetengan dan satu museum yang berisi koleksi rekor yang diberi nama Museum Rekor Benny J Mamoto.

Di Museum Rekor Benny J Mamoto, Anda akan menyaksikan ada tujuh rekor dunia Guinness World Records dan ada 32 rekor MURI.

Setahu Benny ini adalah koleksi rekor terbanyak di Indonesia. Di area Pa’dior Anda akan menyaksikan tiga wujud Guinness World Records berupa terompet kontra bass terbesar di dunia yang dapat dibunyikan, kolintang raksasa terbesar di dunia, dan kain tenun pinawetengan terpanjang.

Dengan tambahan dua rekor MURI hari ini maka koleksi Museum Rekor Benny J Mamoto akan menjadi 34.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada para seniman, budayawan, dan masyarakat Sulawesi Utara serta Tim YISBSU yang telah bekerja sama mewujudkan rekor terbanyak tersebut.
“Demikian juga kepada Bapak Jaya Suprana, kami ucapkan terima kasih atas penghargaan yang telah diberikan,” tutup Benny Jozua. (red*)