Starlink Masuk, Bisa Gemetaran Provider Lokal

Oleh : Ketua Satupena Kalimantan Barat, DR. Rosadi Jamani

“Untuk apa internet cepat!” kata eks menteri Kominfo dengan sombongnya waktu itu. Masih bertahankah kesombongan itu di saat Starlink mau masuk ke Indonesia?
Baru rencana mau masuk saja, Indonesia sudah heboh. Banyak mempertanyakan, bila perusahaan Elon Musk itu bercokol di negeri kita, bagaimana nasib Indihome yang kabelnya mirip rambut Mak Lampir itu? Bagaimana nasib Inconnet, Biznet, dll.

Akankah ditinggal pelanggannya? Maklum saja, dengan Starlink dominasi provider lokal bisa terancam.

Cukup beli perangkat starlink, letakkan di teras rumah atau di belakang, sudah bisa menerima layanan internet paling cepat di dunia.

Perangkat itu langsung terhungung ke satelit SpaceX. Tanpa kabel lagi. Bayangkan kecepatannya bisa mencapai 40 Mbps sampai 220 Mbps.

Sementara di kita saat ini kecepatan berkisar antara 10 sampai 30 Mbps. Itu pun sering memanggil petugas. Gangguan inilah, gangguan itulah. Tak heran yang namanya petugas sering lalu lalang di jalan bawa tangga portable.

Untungnya baru rencana. Kalau benaran, bisa tak tidur provider lokal. Namun, rencana itu semakin nyata. Itu setelah Opung Luhut mengumumkan Starlink mau hadir di Nusantara.

Tahap awal sih mau melayani kebutuhan internet di wilayah timur yang masih banyak blankspot. Dengan starlink, itu semua bisa tercover. Gitu sih katanya. Walau pun diarahkan ke timur, bukan tak mungkin bisa merambah seluruh wilayah Indonesia.

Kenapa Starlink ditakuti provider dan ditunggu calon pelangggan baru? Jawabannya, kecepatan dan minim gangguan. Walau harganya mahal, masih terjangkaulah untuk kalangan menengah ke atas.

Info yang beredar, biaya langganan bulanan Rp750 ribu untuk paket rumahan. Biaya Perangkat Keras Rp7,8 juta. Jadi, total biaya awal yang harus dibayar pelanggan Rp8,55 juta.

Perlu diperhatikan bahwa harga ini belum termasuk biaya pengiriman dan penanganan. Starlink menawarkan kecepatan unduh 100 Mbps, dan unggah 200 Mbps dengan latensi antara 20 milidetik sampai 60 milidetik.

Namun, kecepatan yang ditawarkan untuk pelanggan pribadi belum dirinci secara spesifik.

Biaya mahal, tapi lihat kecepatannya yang tinggi, pasti jadi incaran. Perusahan sawit yang berada di tengah hutan, pasti beralih ke starlink ini.

Begitu perusahan tambang yang jauh dari kota, pulau terpencil, kampung di pedalaman, bisa mengakses starlink yang memiliki 3.200 satelit di angkasa.

Apabila positif masuk, wilayah Indonesia bisa sepenuhnya tercover oleh internet. Asyik ya…

Kok jadi macam endose Starlink ya…maaf. Tujuannya agar tercipta persaingan kompetitif yang bisa menguntungkan pelanggan internet.

Dengan masuknya Starlink siapa tahu provider lokal bisa memperbaiki diri. Kabel yang semeraut itu bisa tak ada lagi, petugas yang wara-wiri bawa tangga itu tak muncul lagi.

Nonton live bola tak terganggu lagi. Kalau semua cepat kan kita juga yang asyik. Kalau masih lambat, sering gangguan, jangan salahkan bila ramai pindah ke Starlink nanti. Gitu maksudnya wak.

#camanewak