Petugas Polsek Jangkang, Jaga Kedamaian Ibadah Minggu Palma

FOTO : Salah seorang petugas Polsek Jangkang saat berjaga saat pelaksanaan ibadah Minggu Palma [ ist ]

redaksi – radarkalbar.com

SANGGAU – Matahari belum tinggi ketika suara lonceng gereja mulai menggema di Dusun Balai Sebut, pada Minggu pagi (13/04/2025).

Di tengah sejuknya udara Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau ratusan umat Katolik berdatangan, membawa daun palma di tangan, melangkah menuju Gereja St. Perawan Maria Diangkat ke Surga dengan wajah khidmat.

Hari itu, mereka tak hanya membawa harapan dalam doa, tapi juga rasa tenang yang diam-diam disemai oleh kehadiran para penjaga keamanan anggota Polsek Jangkang yang sejak pagi telah berjaga.

Tak banyak suara yang terdengar dari mereka, hanya langkah teratur dan pandangan awas yang menelusuri setiap sudut lingkungan gereja.

Dipimpin Pastor Valentinus Wiro, OFM.Cap, Ibadah Minggu Palma menjadi simbol dimulainya Pekan Suci.

Sekitar 500 umat mengikuti setiap prosesi dengan tertib, sementara para petugas kepolisian sigap mengamankan jalannya kegiatan, memastikan tak ada yang mengganggu kekhusyukan yang terbangun di dalam dan luar rumah ibadah itu.

“Pengamanan ini bukan sekadar tugas,” ucap Kapolsek Jangkang, Iptu Santoso Herubimo.

“Ini bentuk nyata dari komitmen kami untuk menjamin kebebasan beribadah, tanpa rasa takut,” tegasnya pria yang akrab dengan sapaan Om Bimo ini.

Para personel tak hanya menjaga pintu-pintu gereja, tetapi juga mengatur lalu lintas, mengawasi lingkungan, dan bersiaga di titik-titik rawan.

Mereka menjadi garis tenang yang tak terlihat, memastikan damai tak hanya dirasakan di dalam doa, tapi juga di sekelilingnya.

“Umat berdoa, kami berjaga. Itulah harmoni yang ingin kami rawat,” timpal Iptu Santoso.

Hari itu, tak ada gangguan. Tak ada keributan. Hanya suara doa, lantunan nyanyian pujian, dan hembusan angin yang seakan mengamini ketenangan yang tercipta.

Kerja sama yang terjalin erat antara gereja, umat, dan aparat keamanan menjelma menjadi potret indah toleransi di tanah Kalbar.

Lebih dari sekadar pengamanan, kehadiran polisi di momen-momen seperti ini adalah bentuk empati negara hadir, bukan dengan kekuatan, tapi dengan ketulusan menjaga ruang-ruang suci setiap anak bangsa.

“Kerukunan itu bukan hadiah, tapi hasil dari saling jaga. Dan kami akan terus berdiri untuk itu,” tutup Bimo. [ red/dny]

editor : Muhammad Khusyairi

Share This Article
Exit mobile version