Begini Dukungan Ketua IWO Sulteng dari Tenda Pengungi

Depok (radar-kalbar.com)-Pelaksanaan rapat kerja (rakernas) Ikatan Wartawan Online (IWO) berlangsung di Shekinah Village Depok selama dua hari 11-12 diakhiri dengan pembahasan rencana kerja jangka pendek, menengah dan panjang.
Memang tak semua pengurus daerah dan pengurus wilayah se Indonesia bisa hadir, dengan berbagai alasan. Namun, intinya memberikan dukungan secara penuh atas pelaksanaan rakernas tersebut.
Hal itu terlihat dari chat-chat di group Leader IWO yang menyatakan dukungannya.
Salah satunya yang paling menarik sebuah chat berupa surat singkat dituliskan Ketua IWO Sulteng, Andri Gultom. Dalam tulisannya, mengungkapkan salah satu terkait dukungannya dan kecintaan dengan IWO.
Ia sebenarnya sangat ingin menghadiri Rakernas IWO ini. Dan sebagai ucapan terima kasihnya atas kepedulian pengurus PP IWO dan beberapa pengurus lainnya yang telah membantu memulihkan trauma healing mereka.
Hanya saja kondisi tak memungkinkan. Terlebih lagi wilayah tersebut pasca diterjang bencana alam gempa bumi, tsunami dan likufaksi beberapa bulan lalu.
Andri menuliskan, saat ini dia dan keluarganya berada di pengungsian tenda putih di Talise. Ia tetap bertahan di tenda pengungsian dan tak akan menggunakan powernya untuk melakukan intervensi terhadap pemerintah demi mendapatkan hunian sementara.
Selain itu, Andri ini menceritakan sekilas bagaimana beban batin dan kesedihan yang mendalam dan harus dihadapinya, bukan hanya kehilangan harta benda. Namun harus merelakan kehilangan sanak saudara dan keluarga terdekat yang jumlahnya belasan orang.
Berikut surat singkat ditulis Andri Gultom, Ketua IWO Sulteng.
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu. Salam hormat untuk seluruh pengurus IWO se Indonesia.
Sambutan Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) pusat Jodhi Widono saat Rakornas IWO se Indonesia di depok, Jakarta, Selasa 12 Maret 2019, sontak membuat saya harus menuliskan beberapa paragraf sebelum harus beristirahat setelah bergumul dalam tugas seorang kepala rumah tangga.
Tapi sebelumnya saya memohon maaf atas ketidakhadiran saya dalam Rakornas yang dilaksanakan tersebut. Tetapi, kerinduan saya terhadap seluruh pengurus IWO seluruh Indonesia begitu besar. Saya menunggu momentum ini sebagai bagian dari ucapan terimakasih saya yang sudah membantu memulihkan dan menyemangati kami saat musibah gempa, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018.
Meski tragedi duka ini terjadi 6 bulan yang lalu, namun duka ini masih terselip dalam sanubari. Bagaimana tidak, harta serta 16 keluarga saya habis ditelan oleh bumi. Apalagi ditambah dengan kondisi yang tak pasti berkaitan dengan penyediaan hunian tetap dan dana stimulan rumah rusak tak jelas adanya. Saya sampai saat ini masih berada ditenda pengungsian, menunggu penyediaan huntara Pemerintah dan relawan lainnya.
Sebenarnya untuk mendapatkan Huntara (hunian sementara) 3X3,5 meter saya bisa melakukannya dengan intervensi ke pejabat yang menjadi sahabat dan relasi selama ini. Apalagi dengan jabatan sebagai Ketua IWO Sulteng. Namun, saya menolak melakukan itu karena ingin meresapi bagaimana rasanya menjadi seorang pengungsi. Saya ingin menikmati perjuangansebagai rakyat. Karena saya sangat yakin, menjadi pengungsi adalah sekali seumur hidup.
Namun cerita sedih ini bukan jadi utamanya. Saya hanya ingin menceritakan sebuah kerinduan dan ungkapan terimakasih atas kepedulian saudaraku semua di IWO. Saya begitu senang berada di organisasi ini. IWO bukan hanya sekedar organisasi wartawan, melainkan organisasi kemanusiaan yang kerap hadir menolong dan membantu saudara mereka yang tertimpa musibah. Saya merasakan itu secara langsung, bagaimana seorang Jodhi Yudono dan pengurus IWO pusat, bang Fikri di IWO Waykanan, Fino di Waykanan dan seluruh pengurus IWO yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu hadir ditengah ketidakberdayaan. Begitu pun saya hadir ditengah ketidakberdayaan musibah banjir di Makasaar Sulsel, dan tsunami di Banten. Apa yang kita lakukan adalah bentuk kemanusiaan yang menjadi ujung tombak persaudaraan dan kekuatan IWO kedepan.
IWO adalah rumah bagi kita semua, termasuk diri saya. Dan Rakornas menjadi kekuatan baru untuk melahirkan bukan hanya kualitas wartawan yang perlu ditingkatkan, Melainkan kepekaan naluri kemanusiaan. Karena apalah arti seorang wartawan jika hatinya mati.
Satu petikan kalimat bang Jodhi yang membuat saya menguat disini adalah ketika urusan kemanusiaan disentu dan dimasukan dalam program kedepan dalam Rakornas.
“Bangsa ini sekarang sudah kehilangan kasih sayang. IWO akan membangunan persaudaraan dan peradaban. Melalui forum Rakernas ini saya tegaskan bahwa IWO peduli dengan kemanusiaan. Kita wartawan, tapi jangan lupa kemanusiaan,” kata Jodhi melalui sambutannnya yang disambut dengan riuh tepuk tangan peserta.
Selamat berkongres sahabatku. Semoga hati kita tidak mati. Dan kekuatan IWO se Indonesia semakin menjadi harapan wartawan online.

Salam hormat.

Andri Gultom
Ketua PW IWO Sulteng/pengungsian tenda putih Telise.