Mengenal Arief Prasetyo, Pria Segudang Prestasi yang Dipecat Prabowo

FOTO : Ilustrasi [ Ai ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

GAYA Prabowo, presiden kita, memang belum berubah. Kalau ia tidak suka, langsung pecat. Seperti dilakukan pada Arief Prasetyo Adi, Kepala Bapanas.

Pria segudang prestasi ini tiba-tiba dapat SK pemecatan. Mari kita berkenalan dengan pria kelahiran Palangkaraya ini sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Arief Prasetyo Adi, sepertinya jadi pemeran utama di tengah badai. Lahir di Palangkaraya, 27 November 1974, ia bukan pejabat biasa. Lulusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, meraih gelar S2 di kampus yang sama, bahkan dianugerahi Doktor Honoris Causa dari Kyungsung University, Korea Selatan, bidang Manajemen Global.

Gelar yang membuatnya tampak seperti Elon Musk-nya beras nasional. Dunia pangan mungkin tak punya banyak bintang, tapi Arief adalah satu-satunya yang bisa membuat karung gabah terlihat elegan di depan kamera.

Kariernya panjang, berliku, dan penuh aroma gudang beras. Dari PT Hero Supermarket, Lotte Shopping Indonesia, hingga merantau ke Malaysia di Esteem Challenge Sdn. Bhd. Ini sebuah nama perusahaan yang tampaknya sudah menubuatkan hidupnya, penuh “esteem” dan selalu “challenge”.

Tahun 2013 ia menjabat Deputy CEO PT Bez Retailindo Paramount Enterprise, lalu naik jadi Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya (2015–2020). Di sanalah reputasinya tumbuh.

Dari seorang CEO yang tahu cara menata stok beras seperti menyusun strategi. Tahun 2020 ia melesat jadi Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), holding pangan BUMN yang kini dikenal sebagai ID FOOD.

Pada 21 Februari 2022, lewat Keppres No. 7M Tahun 2022, Presiden Jokowi menunjuknya sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Prestasinya tak main-main. Arief mencetak Rekor MURI lewat Gerakan Pangan Murah di 341 titik. Ia juga menyabet sederet penghargaan bergengsi: The Best CEO of The Year 2021, The Best CEO BUMN Reformation, Tokoh Inspirasi Bangsa 2023, dan Leader Inovatif Peduli Gizi.

Ia seperti Ronaldo-nya pangan, mencetak gol di setiap lapangan birokrasi yang ia pijak. Kekayaannya tercatat Rp 18,3 miliar, angka yang tergolong “manis tapi tidak menampar”, masih kalah viral dari Sekretaris Kelurahan Petojo Selatan, Febriwaldi, yang baru-baru ini dicopot karena flexing mobil mewah dan jam tangan berkilau di media sosial.

Ironinya, satu dipecat karena pamer gaya, yang satu dipecat karena terlalu berprestasi. Di negeri ini, rupanya yang berlebihan, entah gaya atau kerja, nasibnya sama, dicopot juga.

Lalu datanglah 9 Oktober 2025, hari yang menandai babak baru sekaligus akhir lakon Arief di panggung Bapanas. Presiden Prabowo Subianto menandatangani Keppres No. 116/P Tahun 2025, memberhentikan dengan hormat Arief Prasetyo Adi sebagai Kepala Bapanas, dan menunjuk Andi Amran Sulaiman sebagai penggantinya.

“Dengan hormat” itu terdengar sopan di atas kertas, tapi tetap saja seperti ucapan terima kasih sebelum pintu ditutup dari luar. Arief yang pagi harinya masih meninjau harga beras, sore itu sudah menjadi legenda administrasi. Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy pun langsung menerima SK baru, memastikan pergantian itu berjalan tanpa ampas.

Begitulah, sang pria segudang prestasi kini tinggal kenangan dalam daftar Keppres. Di negeri yang sering lapar simbol, padi bisa disabit sebelum menguning. Arief membuktikan, dalam sistem birokrasi modern, prestasi tidak selalu jadi pelindung. Kadang justru jadi alasan untuk disingkirkan.

Kini, papan namanya di kantor Bapanas sudah berganti, tapi kisahnya masih bergema di dinding-dinding institusi. Kisah tentang teknokrat yang membangun sistem pangan dari nol, hanya untuk melihat jabatannya hilang dalam selembar surat negara.

Ia mungkin tidak flexing di media sosial, tapi sistem justru men-flexing dirinya, menunjukkan kepada dunia bahwa pria segudang prestasi pun bisa dipecat dengan satu tanda tangan.

“Pak Arief, sebagai anak Kalimantan, kalau ke Pontianak, saya traktir ngopi.”

#camanewak

Share This Article
Exit mobile version