Oleh : Rosadi Jamani [Ketua Satupena Kalimantan Barat]
NAKHON Ratchasima, Thailand – Hari itu Terminal 21 Hall bukan sekadar arena olahraga.
Ia adalah panggung drama kolosal yang dipenuhi tensi, keringat, dan tarian bola, Minggu (10/11/2024) malam menjadi saksi bagaimana Timnas Futsal Indonesia dan Vietnam saling beradu.
Bukan hanya keterampilan, tetapi juga gengsi. Indonesia yang datang dengan ambisi meraih gelar juara, langsung menyalakan roket sejak menit pertama.
Oh, dan jangan lupakan Muhammad Syaifullah, pahlawan gol yang menuliskan sejarah dengan sepakan maut di menit kedelapan. “Gooool!” seru komentator, membuat seisi stadion bergetar hingga nyamuk pun bingung arah pulang.
Sementara itu, di balik bola yang menggeliat liar di lapangan, kapten Evan Soumilena tampil bak jenderal di medan perang.
Dengan gaya tenang ala aktor laga, ia mengatur tempo, sesekali mengibaskan rambut ala iklan sampo. Para pemain Vietnam pun dipaksa menghela napas panjang, menatap Evan seperti sedang melihat hantu di siang bolong.
Menit ke-enam, Vietnam mencoba peruntungan dengan tembakan keras yang diblok dengan elegan oleh kiper super, Habibie.
Tidak cukup di situ, Habibie berkali-kali menunjukkan keahliannya, mematahkan serangan Nguyen yang terlihat mulai frustrasi seperti anak kecil kehilangan es krim di pantai.
Sebuah pemandangan yang epik, Nguyen maju, menendang, Habibie menepis, dan penonton bersorak, perpaduan antara balet dan aksi kung fu.
Memasuki babak kedua, Vietnam tampak seperti anak kecil yang baru diberi tahu Santa Claus tidak nyata, kesal, bingung, dan penuh determinasi. Semua pemain mereka mulai berperan sebagai striker.
Bahkan, kiper mereka ikut-ikutan ingin menjadi pahlawan dadakan. Tapi sayang seribu sayang, serangan ngotot mereka malah menjadi bumerang.
Barisan pertahanan Indonesia bagai tembok baja tak tertembus. Suara “ngok-ngok” sepakan Nguyen terdengar sampai ke dapur tetangga, tapi gawang Habibie tetap suci bersinar tanpa cacat.
Puncaknya, ketika pemain Vietnam sibuk main petak umpet di area Indonesia, bola dari serangan balik kilat meluncur indah ke gawang kosong mereka.
Skor berubah menjadi 2-0, dan Habibie? Ia hanya tersenyum tipis, mungkin membayangkan es kelapa muda yang menantinya setelah pertandingan.
Dengan Vietnam yang mulai menyerah, laga berakhir dengan tepukan dada penuh bangga dari para pemain dan tumpah ruah air mata haru dari suporter Indonesia.
Sebuah kemenangan yang membawa kembali kenangan manis tahun 2010. Piala ASEAN Futsal akhirnya kembali ke pangkuan Indonesia, bukan sekadar kemenangan biasa, melainkan cerita kebanggaan yang akan terus dikenang anak cucu.
Selamat, Timnas Futsal Indonesia! Kalian tidak hanya menang, kalian mematahkan batas ketegangan, menghadirkan haru biru, dan memberikan pelajaran pada Nguyen bahwa menyerang tanpa strategi itu seperti masak mi instan tanpa bumbu, sama sekali tidak berasa.
Sekarang, Timnas resmi menjadi Raja Futsal baru di teriori ASEAN.
#camanewak