ITW Minta Polantas Jangan “Doyan” Gelar Operasi Lalu Lintas

FOTO : Ketua Presidium ITW Edison Siahaan (Ist)

tim liputan – redaksi

JAKARTA – radarkalbar.com

INDONESIA Traffic Watch (ITW) meminta Polri khususnya Korps Lalu Lintas tidak lagi ‘doyan’ menggelar operasi lalu lintas.

Lantaran sudah ada tiga operasi yang rutin digelar tiap tahunnya. Yakni operasi Simpatik, Operasi Patuh, dan operasi Zebra.

Operasi ini, tentunya memberikan dampak signifikan terhadap upaya mengubah perilaku berlalu lintas dan mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran, lalu lintas (kamsetibcarlantas).

Ketua Presidium ITW Edison Siahaan menyebut pasca operasi-operasi itu digelar, Polri hanya mengumumkan jumlah pelanggar lalu lintas yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

“Tentu yang benar-benar dirasakan adalah meningkatnya jumlah denda dari sektor tilang yang merupakan pendapatan negara bukan pajak (PNBP-red),” ungkap Edison dalam keterangannya diterima redaksi, Selasa (5/9/2023).

Semestinya Polri melakukan evaluasi dan menjelaskan hasil dari upaya yang dilakukan. Misalnya, apakah tiga operasi yang digelar setiap tahun dapat menjadi solusi efektif dan parmanen untuk menjawab berbagai permasalahan yang timbul akibat kondisi lalu lintas seperti kemacetan dan polusi udara.

ITW meminta apabila Polri memastikan operasi-operasi yang digelar memberikan dampak terhadap upaya mewujudkan kamseltibcarlantas, maka perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Tetapi alangkah baiknya operasi-operasi itu dievaluasi kalau belum atau bukan menjadi solusi yang efektif. Agar tidak memicu tudingan dari masyarakat bahwa operasi yang digelar hanya berorientasi untuk meningkatkan PNBP dari sektor denda tilang.

ITW menilai, operasi-operasi yang digelar tidak akan menjadi solusi efektif untuk mengatasi segudang permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan. Sebab permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan yang kian memburuk ini dipicu persoalan dari hulu seperti kebijakan dan strategi yang belum komprehensif.

Begitu juga pembangunan ruas jalan tol yang justru menjadi arena macet, lantaran tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang terus bertambah.

Kemudian, masih rendahnya kesadaran tertib berlalulintas dijawab dengan operasi dan penindakan dengan beragam cara seperti ETLE. Tetapi kurang setara dengan edukasi yang dapat menumbuhkan kesadaran tertib berlalu lintas.

“Hendaknya semua pihak terutama pemerintah menyadari dan memberikan respon yang lebih bahwa kondisi lalu lintas yang semakin memburuk ini adalah hasil ternak maupun pembiaran. Maka upaya yang dilakukan adalah mengevaluasi semua kebijakan agar sinkron dan komprehensif,” tutup Edison. (*)