Sinyal Bersatunya 01 dan 03

Oleh : Dr. Rosadi Jamani (Ketua Satupena Kalimantan Barat)

SETIAP kali tak bisa jawab, Prabowo selalu ngajak ketemu di luar alias ngopi. Dengan cara ini ia bisa buka-bukaan data. Tujuannya, agar Anies dan Ganjar yang “mengeroyok” 02 bisa paham.

Seandainya rakyat 270 juta bertanya hal yang sama, diajaknya makan gratis, tak perlu lagi ngopi.

Itu kesan saya nonton debat capres tadi malam. Prabowo seperti babak belur diserang 01 dan 03. Di awal yang panas debat 01 dan 02. Sementara 03 hanya senyam-senyum.

Di babak akhir, 03 pun tak kalah tajam menghunjamkan belati kritik ke Menteri Pertahanan RI itu. Kanan dan kiri seperti bersatu. Jawaban terbaik 02, ngajak ngopi di tengah himpitan ketidakberdayaan.

Memang berbeda, orang yang dibesarkan secara akademisi, akan menjawab secara sistematis. Asyik dengarnya. Langsung ngena.

Sementara yang tengah, apa yang ditanya, lain dijawab. Banyak pertanyaan yang ingin diketahui publik, justru tak terjawab. Soal food estate, pesawat bekas, PT PAL, hutang luar negeri, Laut China Selatan.

Malam tadi mestinya clear semua, karena yang bisa menjawab itu, 02. Nyatanya, hanya diajak untuk ketemuan di luar. Di luar arena debat. Ya, mau gimana lagi. Sekarang, siapa bisa menjawabnya. Tak mungkin juga saya dong, kalau diajak ngopi ayo..!

Saya melihat debat itu seperti menyatukan dua kekuatan, 01 dan 03. Keduanya bersatu menyerang 02. Betapa tidak berdayanya 02 ketika dua kekuatan ini bersatu padu. Untungnya, baru di arena debat. Bagaimana di lapangan, bakal lebih dahsyat lagi.

Mohon maaf buat pendukung 02. Walau pun capres Anda dikeroyok, tetap di lembaga survei nanti tertinggi elektanya. Jurus gemoy masih menjadi andalan. Berikutnya jurus makan gratis.

Saat ini, orang yang disukai lah yang menempati ranking tertinggi di survei. Sementara orang berkualitas, tetap di bawah. Siapa pun yang menjelekkan Prabowo, cukup dijogeti saja, survei tetap menyundul langit. Biar langit mau runtuh sekalipun, tetap pilih 02. Benar begitu ya?

Namun, jelang masa pencoblosan, persoalan kualitas capres semakin ramai dibicarakan. Kaum swing voters atau undecided voters yang jadi kunci kemenangan, hanya memilih yang berkualitas.

Di hadapan kaum ini, tak laku joget-joget, makan siang gratis, uang, beras, semen, minyak goreng, baju kaus, dsb. Tak laku semua itu. Sebab, kaum ini rata-rata cerdas dan berpendidikan. Mereka memilih berdasarkan apa yang dilihat, dipelajari, dan dirasakan.

Bukan generasi Z sebagai penentu, tapi kaum undecided voters sang penentunya. Kaum yang dikirakan pasca berakhirnya semua debat akan menentukan pilihan.

Termasuk saya ini, kaum kaum yang belum menentukan pilihan hingga saat ini. Tapi, mulai ada bayangan untuk dipilih. Tiba waktunya, dari tiga capres, salah satunya tetap jadi pilihan di bilik suara.

Tenang masih ada dua kali debat lagi. Sudah cukup untuk menentukan pilihan terbaik.

#camanewak