FOTO : Thonang Effendi [ ist ]
MALAM minggu terasa sejuk setelah hampir seharian hujan mengguyur sebagian wilayah Ibu Kota.
Malam itu, sedang tidak ada kegiatan majelis taklim, bakda Isya’ di rumah sederhana satu keluarga berkumpul saling bercerita, ngopi bareng dan menikmati camilan buatan sang Ibu.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, sang Ibu berkata, “Ayo anak-anak persiapan tidur, ingat besok pagi ada latihan sepakbola”.
Dua kakak beradik yang masih duduk di bangku SD segera beranjak dari tempat duduk bergiliran ke kamar mandi, bersih-bersih diri, gosok gigi, ganti baju, dan segera menuju tempat tidur. Mereka sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut setiap harinya.
Ada hal spesial yang ditunggu oleh anak-anak di malam itu. Seminggu dua kali sang ayah mengantarkan anak-anak dengan dongeng sebelum tidur.
Sang Adik Bungsu berkata, “Ayo Pa, malam ini akan mendongeng apa?”. Tidak ketinggalan sang Kakak juga berkomentar, “Iya Pa, kami siap mendengarkan dongeng dari Papa”.
Sang Ayah pun memulai dongengnya, “Baiklah anak-anak, malam ini Papa akan cerita guru dan murid di padepokan”.
Suatu hari, sang Guru memanggil semua murid padepokan. Sang Guru berkata, “Wahai murid-muridku, ada 4 jurus menggapai sukses masa depan yang akan saya berikan”.
Serempak murid-murid menjawab, “Baik Eyang Guru, kami siap mendengarkan”. Sang Guru melanjutkan, “4 jurus luar biasa yaitu satu-temukan tujuan hidupmu, dua-maafkan masa lalumu, tiga-fokus pada saat ini dan empat-isi masa depanmu”.
Sang Ayah bercerita dengan berbagai intonasi suara dan gerakan tangan untuk menggambarkan kondisi latihan di padepokan hingga murid-murid bisa menjadi pendekar sukses di masa depan.
Sang Adik Bungsu menyela, “Pa, tujuan hidup itu apa?”. Sang Kakak menyela, “Itu lho Dik, tujuan hidup itu cita-cita kita, masih ingat Tri Sukses Generus?”.
Sang Adik Bungsu menjawab. “Generus yang memiliki akhlakul karimah, alim-fakhih dan mandiri”. Sang Ayah berkata, “Betul, anak-anak, itu cita-cita untuk bisa sukses dunia dan akhirat”.
Sang Adik Bungsu kembali bertanya, “Kalau masa lalu itu maksudnya apa Pa?”. Sang Kakak kembali menyela, “Segala sesuatu yang sudah kita jalani dan tidak lepas dari 4 ma qodirullah, Dik”.
Sang Adik Bungsu berkomentar, “OK Kak, terus kenapa kita harus memaafkan”. Sang Ayah bertanya, “Ada kejadian sebelumnya yang membuat Adik kecewa?”. Adik menjawab, “Ada Pa, karena tendangan penalti Adik gagal, tim Adik jadi kalah”.
Sang Ayah menjelaskan, “Nah, itulah masa lalu yang harus dimaafkan maksudnya diterima dengan ikhlas.”
Sang Adik Bungsu kembali berkomentar, “Kalau fokus pada saat ini Adik mengerti Pa, kemudian bagaimana mengisi masa depan itu Pa?”.
Sang Kakak turut menyela, “Iya Pa, Kakak juga ingin tahu bagaimana cara mengisi masa depan?”. Sang Ayah menjelaskan dengan sabar, “Anak-anak, dalam sehari semalam kalian mempunyai waktu luang di sela-sela kegiatan rutin?”. Mereka menjawab dengan serempak, “Ada Pa, banyak, pulang sekolah, selesai mengaji dan hari libur”.
Sang Ayah melanjutkan, “Isilah waktu luangmu dengan kegiatan yang positif seperti membaca buku, nderes (membaca ulang) Al-Qur’an, mengerjakan hobi seperti Adik yang suka menggambar dan Kakak yang suka menyusun lego, dan yang lainnya”.
Sang Kakak berkata, “OK Pa, besok aku mulai menyusun jadwal kegiatan ya Pa, nanti Papa lihat”. Sang Adik Bungsu tidak ketinggalan, “Aku juga Pa, nanti jadwal harianku juga Papa lihat”.
Sang Ayah dengan senyum bangga berkata, “Oke anak-anak besok Papa lihat. Nah, sekarang segera tidur dan berdo’a sebelumnya. Besok bangun pagi sebelum subuh dan persiapan latihan sepak bola”. Serempak mereka menjawab, “Siap Papa”. Dua kakak beradik segera berdo’a dan mulai tidur.
Peristiwa sederhana dalam cerita tersebut, mengingatkan masa kecil saya yang sering mendengarkan dongeng sebelum tidur dengan berbagai macam cerita. Dongeng sebelum tidur salah satu media untuk memasukkan pembelajaran 29 karakter luhur kepada anak-anak.
Dongeng tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana pembelajaran yang memperkenalkan nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif. Dongeng dan cerita sebelum tidur juga bisa berfungsi sebagai media healing sebagaimana dijelaskan oleh George W. Burns dalam bukunya 101 Healing Stories for Kids and Teens Using Metaphors in Therapy.
Memasukkan pesan moral dan pembelajaran 29 karakter luhur yang disisipkan dalam dongeng sebelum=-tidur cukup efektif. Hal ini karena menjelang tidur, otak anak akan memasuki gelombang alfa dan theta.
Gelombang alfa (8-12 Hz) muncul saat kondisi rileks dan terjaga, seperti saat bersantai atau sesaat sebelum tidur. Gelombang theta (4-8 Hz) dominan saat tidur ringan dan mengantuk, serta dikaitkan dengan proses penyimpanan memori.
Pada fase ini, otak anak lebih mudah menyerap informasi, termasuk ucapan dan perilaku orang tua.
Di era digital dan kemudahan akses informasi serta maraknya game online yang bersliweran di gawai perlu sedikit meluangkan waktu untuk merenung. Masihkah tradisi mendongeng sebelum tidur menggema di kamar anak-anak kita.
Di tengah hiruk-pikuknya kesibukan orang tua memenuhi kebutuhan keluarga dan berbagai aktivitas sosial masihkah ada waktu luang untuk sekadar cerita atau mendongeng sebelum tidur untuk anak-anak. Inilah tantangan yang perlu disiasati dan dikondisikan.
Pada akhirnya, dongeng sebelum tidur bisa menjadi salah satu metode bagi orang tua untuk memberikan pembelajaran 29 karakter luhur dan sarana menjadikan hubungan yang lebih erat antara orang tua dengan anak-anaknya. Bagiamana dengan keluarga kita?
Penulis : Thonang Effendi
[ Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Karakter Generasi Bangsa ]