Pendiri UNU Itu Telah Tiada

Oleh : Dr. Rosadi Jamani
Dosen UNU Kalbar

SEBUAH mahakarya telah dilahirkannya. Mahakarya itu telah banyak melahirkan cendekiawan. Itulah Universitas Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Berdirinya UNU itu tak lepas dari peran sentral M Zeet Hamdy Assovie.

Pukul 16.00 tadi, saya mendapat kabar duka, M Zeet meninggal dunia. Ia wafat di RS Dhamais Jakarta. Sebuah duka mendalam. Salah satu putra terbaik Kalbar telah pergi.

Walaupun telah tiada, mantan Sekda Kalbar ini banyak meninggalkan karya besar. Salah satunya, UNU Kalbar. Saya saksi hidup, betapa besar peran almarhum terhadap berdirinya mahakarya itu.

Berdirinya UNU di masa kepemimpinan beliau sebagai Ketua Tanfiziah NU Kalbar. Lewat tanda tangan beliau meng-SK-kan panitia pendirian UNU. Panitia bekerja terus mendapat support mulai dari pendanaan, lobi, sampai pada dukungan moral.

Apabila ada hambatan, beliau turun tangan. Pada akhirnya tahun 2014 UNU mendapatkan SK pendirian dari Kemendikti dan tahun 2015 mulai menerima mahasiswa perdana.

Belum berhenti di situ, kampus UNU ditumpangi di ruko Gang Jeruk Jl KH Ahmad Dahlan Pontianak. Pemiliknya, keluarga almarhum. Sadar tak selamanya numpang, UNU harus punya kampus sendiri.

Lewat peran beliau, UNU berhasil membeli tanah di Parit Deraba Kubu Raya. Tanah ada lalu dibangunkan kampus tiga lantai.

Tahun 2000 lalu, UNU pindah ke kampus baru. Semua itu tak lepas peran besar almarhum.

Mahakarya itu sudah tiga kali melaksanakan wisuda. Sudah ratusan wisudawan dihasilkan. Siapa sangka, para cendekiawan itu lahir dari jasa beliau. Amal jariah akan terus mengalir dan menjadi ladang amal untuk beliau di akhirat.

Saya telah mengabadikan jasa beliau dalam buku “Sejarah UNU Kalimantan Barat.” Dalam buku ini saya ceritakan dari awal berdirinya UNU sampai sampai pindah ke kampus baru. Jujur saya akui, peran almarhum sangat besar dan sentral. UNU kehilangan pendiri utamanya.

Saat saya Ketua Senat UNU, saya sempat mengusulkan beliau jadi Rektor. Ia menolak, dan lebih memilih mendukung UNU dari belakang. Ia serahkan pengelolaan UNU pada ahlinya, yang paham dunia perguruan tinggi. Alhamdulillah, UNU semakin besar dan mulai bisa bersaing dengan kampus-kampus senior.

Banyak mau diceritakan soal kiprah almarhum dalam mendirikan UNU. Sivitas akademika UNU pastinya merasa kehilangan. Doa saya, semoga segala amal beliau sebagai pendiri UNU jadi penuntun ke surga di alam sana. Semoga Allah membalasnya dengan surga firdaus. Aamin.