Cerpen “Aksi Penangkapan Bjorka, Hacker Pembobol 4,9 Juta Data Nasabah”

FOTO : ilustrasi [ AI ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

INI hanya fiksi. Kalau ada mirip di dunia nyata, hanya kebetulan. Nikmati cerpennya sambil seruput kopi sedikit gula aren, wak!

Di markas besar Siber Polri, ruangan komando lebih mirip Starship Enterprise dari pada kantor polisi. Layar hologram melayang di udara, menampilkan peta digital Indonesia yang berputar-putar.

Garis kode hijau seperti hujan Matrix menetes dari langit-langit, bikin suasana kayak kafe futuristik tapi minus kopi gratis.

“Target terkunci,” ujar Komandan Cyber dengan suara berat, matanya ditempeli lensa AR yang bisa zoom wajah sampai ke pori-pori. “Nama samaran, Bjorka. Alias SkyWave, ShinyHunter, Opposite6890.

Usia, 22. Asal, Desa Totolan, Minahasa. Pendidikan, tidak lulus SMK. Keterampilan, otodidak, tapi cukup untuk bikin bank megap-megap.”

Anggota tim cyber bersorak. “Hacker kelas dunia, Pak?”

Komandan tersenyum sinis. “Lebih kelas warung kopi, tapi yang dibobolnya 4,9 juta data nasabah bank swasta. Jangan anggap enteng.”

Di rumah kekasihnya, Wahyu, sang Bjorka wannabe, sedang rebahan dengan laptop tua. Tapi jangan salah, di balik bodinya yang lecet, perangkat itu sudah dimodifikasi jadi mesin perang.

RAM di-overclock, kipas pendingin dilepas dan diganti dengan tutup botol Aqua, WiFi tethering pakai parabola bekas antena TV. Kalau ada lomba inovasi absurd, Wahyu pasti juara.

Tiba-tiba, layar laptopnya berkedip. Radar digitalnya mendeteksi sesuatu.

“Waduh, polisi sudah aktifkan Quantum Trace Engine,” gumam Wahyu. “Itu alat pelacak paling gila, bisa tembus tujuh lapisan VPN. Bahkan bisa nyari lokasi hacker dari sisa jejak klik di TikTok.”

Ia buru-buru mengaktifkan firewall buatan sendiri bernama DragonFire v3.0. Visualnya muncul naga api menelan IP address. Bjorka ketawa. “Haha, kalian kira gampang nangkap gue? Aku sudah hafal pola main kalian, Polisi Cyber. Tom & Jerry digital, tapi kali ini aku Jerry yang pakai jetpack.”

Namun aparat sudah naik level. Mereka menurunkan Drone Zeus, pesawat tanpa awak berbentuk capung, dilengkapi senjata EMP mini dan kamera 16K. Drone itu berputar di atas rumah kekasih Wahyu, lalu menembakkan sinar biru yang langsung bikin modemnya mati.

“Waduh! Internetku putus!” Wahyu panik. Ia buru-buru buka cadangan jaringan lewat satelit bajakan. Tapi apes, sinyalnya lari ke parabola tetangga. Layar laptopnya freeze, hanya menampilkan iklan diskon Shopee.

“Gila, ini lebih sadis dari DDOS!”

Polisi masuk. Tapi bukan dengan cara biasa. Mereka pakai Portal Breacher, alat yang bisa bikin pintu rumah meleleh jadi hologram. Tim khusus berjaket neon, helm VR, dan borgol cahaya masuk dengan gaya slow motion. Suara EDM futuristik entah dari mana mengiringi.

“Bjorka! Kau ditangkap!”

Wahyu mencoba perlawanan terakhir. Ia colok flashdisk Hello Kitty ke laptop. Mendadak muncul lubang hitam holografis, portal menuju dark web. Dari portal itu keluar ribuan avatar hacker, ninja digital, alien berkepala monitor, sampai kucing berkacamata. Semua siap membantu.

Tapi sayang… listrik kos mati. Portal langsung menguap seperti kentang goreng basi.

Akhirnya Wahyu celingukan, terjebak, tanpa jaringan. Drone Zeus sudah mengikat tangannya pakai borgol laser. Polisi mengangkat laptop Hello Kitty itu seperti trofi kemenangan.

Media pun geger. Headline besar, “Bjorka Tertangkap di Minahasa!” Netizen pecah dua, ada yang percaya, ada yang bilang ini cuma spin-off.

Di mobil tahanan, Wahyu bergumam getir. “Aku bukan kalah. Aku cuma apes. Bahkan hacker paling canggih pun tak bisa melawan listrik kos yang nunggak bayar.”

Begitulah, legenda Bjorka berakhir bukan karena kalah perang digital, tapi karena nasibnya kalah sama PLN.

#camanewak

Share This Article
Exit mobile version