Komnas Perempuan Dukung KPI Larang Rizky Billar Tampil di Radio dan Televisi

POTO : pasangan suami isteri Rizky Billar dan Lesty Kejora (Ist)

Pewarta/sumber : Tim liputan/siberindo.co

JAKARTA – radarkalbar.com

KASUS dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan Rizky Billar terhadap isterinya, Lesty Kejora, terus menjadi sorotan dan ramai diperbincangkan.

Kasus kekerasan oleh Rizky Billar ini terungkap setelah Lesty Kejora melaporkannya ke Polda Jakarta Selatan.

Setelah ramainya pemberitaan mengenai dirinya, kini Rizky Billar dilarang tampil di acara televisi maupun radio.

Dilansir dari akun Instagram @faktanyagoogle, diketahui bahwa pernyataan ini diungkap oleh Nunung Rodiyah yang merupakan Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan.

Komnas Perempuan mendukung KPI dan prihatin dengan KDRT yang diduga dialami oleh penyanyi Lesty Kejora.

Komnas Perempuan pun meminta kasus KDRT yang dilakukan Rizky Billar kepada Lesty Kejora itu tidak dianggap sebagai settingan.

“Kekerasan dalam rumah tangga, tidak boleh dijadikan candaan atau dianggap sebagai settingan. Karena menjadi korban kekerasan itu menyakitkan, dan butuh keberanian pada korban untuk bersuara di tengah nilai-nilai yang masih membenarkan kekerasan terhadap istri. Kita harus mendukung LK untuk melewati masa-masa sulitnya, pulih dan tetap bisa terus berkarya,” kata Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi, saat dihubungi, Jumat.

Siti pun mendukung Lesty Kejora untuk memproses hukum suaminya. Menurutnya, kekerasan fisik yang dilakukan Rizky Billar itu menunjukkan adanya ketimpangan kekuasaan dalam relasi perkawinan.

Siti mengungkapkan, jika ketegangan tidak berakhir dengan baik, muncullah potensi kekerasan fisik dilakukan. “Ia merasa bahwa dengan jalan ini maka ketegangan dapat berakhir, dan situasi akan kembali terkendali. Dengan cara kekerasan, ia juga sedang menunjukkan siapa yang lebih kuat dan berkuasa,” ucapnya.

Siklus selanjutnya adalah tahap penyesalan atau bulan madu. Setelah melakukan kekerasan, menurut Siti, pelaku dihantui rasa bersalah dan penyesalan yang mungkin hanya bersifat manipulatif.

“Ia menyesal bukan atas kesadaran, tapi karena takut mengalami konsekuensi yang lebih berat seperti perceraian atau dilaporkan. Tidak heran bila ia menunjukkan penyesalan dengan minta maaf atau berbuat kebaikan. Pada tahap inilah hati pasangan akan luluh, merasa kasihan, dan memaafkannya kembali. Tentu dengan harapan bahwa si pelaku benar-benar bertobat dan tidak melakukan kekerasan lagi,” ucapnya. (*)