Kultum : Rahasia Rasulullah dalam Menjalani Ramadhan

FOTO : ilustrasi [ NU online]

Oleh : Ustadz M Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.

BULAN Ramadhan merupakan bulan yang di dalamnya penuh keberkahan. Pada bulan ini, umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba memperbanyak amal ibadah sebagai bentuk tunduk kepada perintah Allah Swt.

Pada bulan ini pula umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan. Dalam menyambut dan menjalani ibadah puasa Ramadhan, selayaknya kita menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan.

Sebab Rasulullah merupakan teladan dalam semua ibadah termasuk dalam ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Berikut ini adalah beberapa rahasia Rasulullah dalam menyambut dan menjalani Ramadhan :

1. Menyambut Kedatangan Ramadhan dengan Suka Cita Syekh Hasan Muhammad Masyath mengatakan, kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan riang gembira sembari mempersiapkan diri untuk menjalankan kewajiban puasa di bulan yang penuh mulia tersebut.

Lebih jauh, beliau juga memberikan gambaran cara menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan riang gembira dan penuh suka cita layaknya Ketika seseorang akan menyambut kekasihnya datang dari perjalanannya.

Hal tersebut, lanjut beliau, karena Nabi Muhammad SAW sendiri pernah berdoa :

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ Artinya,“Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan.” (HR Al-Bukhari). Selain itu, diriwayatkan dari sahabat Ali bahwasanya Nabi Muhammad saw tidaklah mengawasi terbitnya suatu hilal kecuali hilalnya bulan Ramadhan.

Ketika sudah melihat terbit hilal Ramadhan, Nabi saw bersabda,

اَللَّهُمَّ ادْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالسَّلَامَةِ مِنَ الأَسْقَامِ، وَالْفَرَاغِ مِنَ الأَشْغَالِ، وَرَضِّنَا فِيهِ بِالْيَسِيرِ مِنَ النَّوْمِ

Artinya, “Ya Allah, semoga saat bulan Ramadhan ini datang kepada kami, Engkau berikan kami kedamaian dari penyakit dan kebebasan dari pekerjaan, dan puaskan kami dengan tidur yang sedikit.” (Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, halaman 30).

Syekh Hasan Muhammad Al-Masyath (1337-1399 H) sendiri adalah seorang ulama besar kelahiran Makkah, 3 Syawal 1317 H. Beliau dijuluki sebagai Syaikhul ‘Ulama (guru para ulama). Sebagaimana julukannya, Syaikhul ‘Ulama, beliau berhasil mencetak ulama-ulama besar, baik dari dalam maupun luar negeri.

Di antara murid beliau adalah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki (ulama pakar hadis yang fatwa-fatwanya banyak menjadi rujukan), Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid (salah satu ulama besar Indonesia dari Lombok Timur, juga pendiri Nahdlatul Wathan dan tarekat Hizib Nahdlatul Wathan), Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani (ulama Indonesia yang dijuluki Musnidul ‘Ashri (pemegang sanad keilmuan pada masanya), dan masih banyak lagi.

Selain itu, menjelang tibanya bulan suci Ramadhan, Nabi Muhammad saw. pernah berpidato di hadapan para sahabatnya. Pidato yang berlangsung di penghujung bulan Sya’ban tersebut berisi tentang informasi keistimewaan Ramadhan, serta anjuran untuk meningkatkan penghambaan kepada Allah dan kepedulian sosial.

Berikut adalah sebagian teks pidato tersebut :

أَيُّهَا الَّناسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُباَرَكٌ، شَهْرٌ فِـيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ اللهُ صِياَمَهُ فَرِيْضَةً وَ قِياَمَ لَيْلَهُ تَطَـوُّعاً مَنْ تَقَرَّبَ فِـيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِـيْماَ سِوَاهُ وَمَنْ أَدَّى فِـيْهِ

فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِـيْمَا سِواَهُ Artinya “Wahai manusia, sungguh bulan agung dan penuh berkah telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah.

Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain.

Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain.” (HR Ibnu Khuzaimah 1780; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman: 3455.

Redaksi hadits di atas adalah riwayat Ibnu Khuzaimah). 2. Menjalani Ramadhan dengan Meningkatkan Kedermawanan dan Tadarus Al-Qur’an Syekh Hasan Muhammad Masyath dalam kitab yang sama memaparkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra yang berisi hal-hal yang dijalani Rasulullah saw pada bulan Ramadhan.

Berikut adalah teks haditsnya :

كانَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ أجْوَدَ النّاسِ، وكانَ أجْوَدُ ما يَكونُ في رَمَضانَ حِينَ يَلْقاهُ جِبْرِيلُ، وكانَ يَلْقاهُ جِبْرِيلُ في كُلِّ لَيْلَةٍ مِن رَمَضانَ فيُدارِسُهُ القُرْآنَ، فَلرَسولُ اللَّهِ ﷺ حِينَ يَلْقاهُ جِبْرِيلُ أجْوَدُ بالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ Artinya, “Rasulullah saw merupakan orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat pada bulan Ramadhan

saat malaikat Jibril menemui beliau. Ia menemui Rasulullah saw setia malam bulan Ramadhan, lalu ia mengajari Rasulullah saw Al-Qur’an. Sungguh, kedermawanan Rasulullah SAW dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR Al-Bukhari).

Menurut Syekh Hasan, dengan mengutip pendapat para ulama, hadits di atas menginformasikan setidaknya ada dua hal penting kepada kita yang dapat kita jadikan acuan dalam mengisi bulan Ramadhan ala Rasulullah saw:

Meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadhan Hadits tersebut menggambarkan kedermawanan Rasulullah saw melebihi hembusan angin. Artinya, kedermawanan beliau tiada hentinya kepada siapapun, tanpa tabang pilih, meskipun kepada nonmuslim, seperti angin yang senantiasa berhembus kepada siapapun.

Nah, kedermawanan beliau akan semakin meningkat pada bulan Ramadhan. Salah satu sifat dermawan yang banyak dilakukan para ulama adalah memberi makan orang yang berpuasa.

Rasulullah saw bersabda :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا Artinya, “Barangsiapa yang memberi menu berbuka kepada orang yang berpuasa, maka dia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR At-Thabarani).

Tadarus Al-Qur’an Hadis di atas menginformasikan kepada kita salah satu aktifitas yang Rasulullah saw lakukan saat bulan Ramadhan adalah tadarus Al-Qur’an. Begitu pentingnya tadarus, hingga Malaikat Jibril yang secara langsung menemui beliau setiap malam Ramadhan untuk menyimak bacaan Rasulullah saw.

Bahkan, di bulan Ramadhan terakhir Rasulullah saw, sebelum beliau wafat, malaikat Jibril mendatangi beliau sebanyak dua kali untuk mengajarkan Al-Qur’an. Demikianlah bagaimana cara Rasulullah saw menyambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita dan riang gembira, serta bagimana beliau mengisi aktivitas di bulan Ramadhan, yakni dengan meningkatkan sikap dermawan dan bertadarus Al-Qur’an. Wallahu a’lam.

Sumber: https://islam.nu.or.id/ramadhan/kultum-ramadhan-rahasia-rasulullah-dalam-menjalani-ramadhan-5rzbh