Pendidikan Karakter : Memperkuat Etika dan Moralitas di Sekolah

Oleh : DR. Rosadi Jamani, Dosen UNU Kalimantan Barat

PENDIDIKAN karakter merupakan aspek fundamental dalam sistem pendidikan (de Souza & Debs, 2024).

Di tengah gempuran perubahan zaman dan kompleksitas kehidupan, pendidikan karakter menjadi kunci untuk membentuk generasi muda yang berintegritas, bermoral, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa (Renwick et al., 2024).

Nilai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, menghormati orang lain, dan kerjasama perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak melalui proses pendidikan (Birhan et al., 2021).

Hal ini penting untuk membekali mereka dengan landasan moral yang kuat agar dapat menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam hidup.

Pendidikan karakter bukan hanya tentang mempelajari nilai-nilai moral, tetapi juga tentang bagaimana mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fernandez Rivas et al 2024).

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan suportif di sekolah, di mana siswa dapat menerapkan nilai-nilai karakter yang telah mereka pelajari.

Sejarah dan Evolusi Pendidikan Karakter Penanaman nilai-nilai karakter di Indonesia telah dilakukan sejak lama. Ini dimulai dari era penjajahan hingga kemerdekaan. Pada masa penjajahan, pendidikan karakter diajarkan melalui berbagai tradisi dan budaya lokal, serta pendidikan agama.

Setelah kemerdekaan, pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan nasional. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadi landasan utama penanaman nilai-nilai karakter.

Pada tahun 2003, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Penguatan Pendidikan Karakter (GNPK) sebagai upaya sistematis untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik.

GNPK kemudian diperkuat dengan berbagai kebijakan dan program, seperti penyusunan kurikulum 2013 yang memuat pendidikan karakter secara eksplisit, pelatihan guru tentang pendidikan karakter, dan pengembangan budaya sekolah yang berkarakter.

Pada tahun 2021, Kemendikbudristek meluncurkan Platform Merdeka Belajar yang menyediakan berbagai sumber belajar dan pelatihan terkait pendidikan karakter bagi guru dan sekolah (Triningsih et al., 2024).

Platform ini diharapkan dapat membantu guru dan sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter secara lebih efektif dan berkelanjutan.

Penyimpangan Moral

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun realita menunjukkan masih maraknya penyimpangan moral di kalangan siswa (Shim, 2023).

Hal ini dapat dilihat dari berbagai kasus tawuran, bullying, penyalahgunaan narkoba, dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan, di Kota Pontianak ada guru melakukan amoral dengan menghamili siswinya. Banyak lagi kasus amoral di dunia pendidikan yang membuat kening kita mengkerut.

Penyimpangan moral di kalangan siswa ini menimbulkan kekhawatiran dan perlu diatasi dengan serius karena dapat berdampak negatif terhadap masyarakat. Generasi muda yang tidak memiliki moral yang kuat dapat menjadi sumber masalah di masa depan (Panatsa & Malandrakis, 2024), seperti kriminalitas, korupsi, dan intoleransi. Banyak fakta terkait merosotnya moral siswa di sekolah.

Semakin maju pendidikan, persoalan moral juga semakin beragam.
Upaya Pemerintah
Pemerintah tidak tutup mata terhadap merosotnya moral. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah, seperti:

– Penyusunan Kurikulum 2013 memuat pendidikan karakter secara eksplisit dengan memasukkan nilai-nilai karakter dalam berbagai mata pelajaran dan kegiatan belajar mengajar.

– Pelatihan guru tentang pendidikan karakter untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik.

– Pengembangan budaya sekolah yang berkarakter, seperti budaya saling menghormati, disiplin, dan kerjasama.

– Kerja sama dengan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan karakter di sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan suportif.

Selain itu, berbagai organisasi dan komunitas juga aktif dalam mendorong pendidikan karakter, seperti melalui kegiatan seminar, workshop, dan kampanye publik.

Upaya-upaya ini diharapkan dapat membantu dalam membangun generasi muda yang berkarakter kuat dan berintegritas, sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Tantangan dan Kendala

a. Kurangnya Pemahaman
Pemahaman yang sempit terhadap pendidikan karakter hanya sebatas pada penanaman nilai-nilai moral seperti kejujuran dan disiplin.

Pemahaman sempit ini menyebabkan implementasi pendidikan karakter kurang komprehensif dan tidak menyentuh aspek-aspek lain yang penting, seperti pengembangan soft skills dan karakter kewarganegaraan (Lee et al., 2013).

Selain itu, nilai-nilai karakter belum terintegrasi secara menyeluruh dalam kurikulum pendidikan (Gorbunov et al., 2024). Hal ini menyebabkan pendidikan karakter menjadi program yang terpisah dan kurang terhubung dengan proses belajar mengajar di kelas.

Kemudian, kurangnya pelatihan dan pengembangan guru yang memadai tentang pendidikan karakter. Hal ini menyebabkan mereka kurang mampu dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik secara efektif.

b. Keterbatasan Sumber Daya
Sekolah-sekolah seringkali kekurangan anggaran untuk mendukung program-program pendidikan karakter. Keterbatasan anggaran ini menyebabkan mereka kesulitan dalam menyediakan infrastruktur, materi pembelajaran, dan program pelatihan yang dibutuhkan.

Selain keterbatasan anggaran juga keterbatasan infrastruktur. Banyak sekolah yang tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pendidikan karakter, seperti ruang kelas yang kondusif, fasilitas perpustakaan, dan akses internet.

Keterbatasan tenaga ahli yang menjadi kendala. Jumlah tenaga ahli di bidang pendidikan karakter masih terbatas. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan program-program pendidikan karakter yang berkualitas dan berkelanjutan.

c. Resistensi Implementasi
Beberapa orang tua keberatan dengan program-program pendidikan karakter karena dianggap akan menambah beban belajar anak-anak (M. Huber & Mafi, 2013). Mereka beranggapan bahwa pendidikan karakter harus dilakukan di luar sekolah, di rumah atau di lingkungan masyarakat.

Kemudian, beberapa guru keberatan dengan program-program pendidikan karakter karena dianggap akan menambah beban kerja. Mereka beranggapan bahwa pendidikan karakter harus dilakukan secara alami dalam proses belajar mengajar, tanpa perlu program khusus.

Terakhir, beberapa pihak sekolah keberatan dengan program-program pendidikan karakter karena dianggap akan mengganggu fokus pada pencapaian akademik siswa. Mereka beranggapan, pendidikan karakter harus dilakukan setelah siswa menyelesaikan pendidikan formal.
Tantangan-tantangan ini perlu diatasi dengan berbagai upaya, seperti:

– Meningkatkan pemahaman tentang konsep pendidikan karakter melalui sosialisasi dan pelatihan kepada pendidik, orang tua, dan masyarakat.

– Memperkuat dukungan dari pemerintah dan pihak terkait dalam hal anggaran, infrastruktur, dan tenaga ahli.

– Membangun kerjasama dan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.

Dengan mengatasi berbagai tantangan ini, diharapkan pendidikan karakter dapat diimplementasikan secara efektif dan berkelanjutan, sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang berkarakter kuat dan berintegritas, yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Manfaat Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang kuat dapat membentuk pribadi berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki komitmen moral yang tinggi (Khatri et al., 2024). Secara lebih rinci, inilah manfaat pendidikan karakter yang kuat:

1. Mampu membuat keputusan yang tepat: Siswa yang memiliki karakter kuat akan lebih mampu untuk berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi berbagai situasi. Mereka akan mempertimbangkan berbagai faktor dan konsekuensi sebelum mengambil keputusan, sehingga dapat memilih tindakan yang tepat dan bertanggung jawab.

2. Bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral: Siswa yang memiliki karakter kuat akan selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianutnya, seperti kejujuran, keadilan, dan rasa hormat. Mereka akan berani untuk mengatakan “tidak” terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral mereka, meskipun ada tekanan dari orang lain.

3. Berani melawan tindakan yang tidak adil: Siswa yang memiliki karakter kuat akan berani untuk melawan tindakan yang tidak adil dan membela yang lemah. Mereka tidak akan mudah terintimidasi oleh orang lain dan akan selalu berusaha untuk menegakkan keadilan.

Pendidikan karakter dapat menumbuhkan rasa toleransi, saling menghormati, dan kerja sama antar siswa, sehingga meningkatkan hubungan sosial dan keberagaman di sekolah(Lalita et al., 2024). Lebih rincinya sebagai berikut:

1. Menumbuhkan rasa toleransi: Siswa yang memiliki karakter kuat akan lebih toleran terhadap perbedaan pendapat, budaya, dan agama. Mereka akan menghargai keragaman dan tidak akan mendiskriminasi orang lain berdasarkan perbedaan tersebut.

2. Meningkatkan saling menghormati: Siswa yang memiliki karakter kuat akan saling menghormati satu sama lain, baik secara fisik maupun verbal. Mereka akan menggunakan bahasa yang sopan dan santun dalam berkomunikasi dan tidak akan melakukan bullying atau kekerasan terhadap orang lain.

3. Meningkatkan kerjasama: Siswa yang memiliki karakter kuat akan lebih mudah untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Mereka akan saling membantu dan mendukung satu sama lain, serta mampu menyelesaikan konflik secara damai.

Generasi muda yang berkarakter kuat (Fisu et al., 2024)akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan moral di masyarakat, seperti korupsi, penipuan, dan diskriminasi. Beberapa tawaran aksi agar generasi mudah berkarakter kuat:

1. Melawan korupsi: Siswa yang memiliki karakter kuat akan memiliki integritas yang tinggi dan tidak akan mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Mereka akan berani untuk melaporkan tindakan korupsi dan memperjuangkan keadilan.

2. Mencegah penipuan: Siswa yang memiliki karakter kuat akan lebih berhati-hati dan tidak mudah tertipu oleh orang lain. Mereka akan selalu mencari informasi yang akurat dan tidak akan mudah percaya dengan janji-janji yang muluk-muluk.

3. Melawan diskriminasi: Siswa yang memiliki karakter kuat akan selalu memperlakukan semua orang dengan setara dan tidak akan melakukan diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama, atau gender. Mereka akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.

Pendidikan karakter adalah kunci untuk membangun generasi muda yang berintegritas, bermoral, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Dengan mengimplementasikan pendidikan karakter secara efektif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan bermoral.

Strategi Pendidikan Karakter

Memperkuat pendidikan karakter di sekolah membutuhkan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

a. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Kurikulum dan Ekstrakurikuler

1. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran. Nilai-nilai karakter tidak hanya diajarkan dalam mata pelajaran agama atau PKn, tetapi juga diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Contohnya, nilai kejujuran dapat diajarkan dalam mata pelajaran matematika dengan menekankan pentingnya kejujuran dalam mengerjakan soal dan ujian.

2. Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang berkarakter. Sekolah dapat mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkan nilai-nilai karakter, seperti pramuka, kepemimpinan, dan relawan. Kegiatan-kegiatan ini dapat membantu siswa untuk menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan nyata.

3. Menciptakan budaya sekolah yang berkarakter. Sekolah dapat menciptakan budaya sekolah yang berkarakter dengan menerapkan berbagai aturan dan kebiasaan yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.

Contohnya, sekolah dapat menerapkan aturan tentang disiplin, saling menghormati, dan kerjasama.

b. Pelatihan dan Pengembangan Profesional bagi Pendidik dalam Mengimplementasikan Pendidikan Karakter

1. Memberikan pelatihan tentang pendidikan karakter kepada guru. Guru perlu mendapatkan pelatihan tentang pendidikan karakter agar mereka dapat memahami konsep pendidikan karakter dan mampu mengimplementasikannya dengan efektif di kelas.

2. Mengembangkan materi pelatihan yang berkualitas. Materi pelatihan tentang pendidikan karakter perlu dikembangkan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan guru. Materi pelatihan harus mencakup teori, praktik, dan strategi untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di kelas.

3. Menyediakan platform belajar dan diskusi bagi guru. Guru perlu disediakan platform belajar dan diskusi untuk saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Platform ini dapat berupa forum online, workshop, atau seminar.

c. Partisipasi Aktif Orang Tua dan Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan Karakter

1. Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan karakter. Orang tua perlu dilibatkan dalam proses pendidikan karakter di sekolah. Sekolah dapat mengadakan kegiatan sosialisasi dan workshop tentang pendidikan karakter bagi orang tua.

2. Bekerjasama dengan masyarakat dalam membangun lingkungan yang kondusif. Sekolah perlu bekerjasama dengan masyarakat untuk membangun lingkungan yang kondusif bagi pendidikan karakter.

Contohnya, sekolah dapat bekerjasama dengan organisasi kepemudaan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter di lingkungan sekitar sekolah.

3. Mendorong peran media dalam menyebarkan nilai-nilai karakter. Media massa dan media sosial perlu didorong untuk menyebarkan nilai-nilai karakter kepada masyarakat. Media dapat mempublikasikan kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang berkarakter kuat dan membuat konten edukasi tentang pentingnya pendidikan karakter.

Strategi-strategi ini perlu diimplementasikan secara konsisten dan berkolaborasi dengan berbagai pihak agar pendidikan karakter dapat mencapai tujuannya, yaitu membangun generasi muda yang berintegritas, bermoral, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan aspek fundamental dalam sistem pendidikan di Indonesia. Di tengah gempuran perubahan zaman dan kompleksitas kehidupan, pendidikan karakter menjadi kunci untuk membentuk generasi muda yang berintegritas, bermoral, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Memperkuat pendidikan karakter di sekolah membutuhkan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. Integrasi nilai-nilai karakter dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler, pelatihan dan pengembangan profesional bagi pendidik, serta partisipasi aktif orang tua dan masyarakat merupakan kunci utama dalam membangun generasi muda yang berkarakter.

Penting untuk diingat bahwa pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Dengan bekerja sama dan saling mendukung, kita dapat membangun bangsa yang lebih adil, sejahtera, dan bermoral melalui generasi muda yang berkarakter kuat.

Mari kita jadikan pendidikan karakter sebagai komitmen bersama untuk membangun masa depan bangsa yang lebih gemilang. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Referensi

Birhan, W., Shiferaw, G., Amsalu, A., Tamiru, M., & Tiruye, H. (2021). Exploring the context of teaching character education to children in preprimary and primary schools.

Social Sciences & Humanities Open, 4(1), 100171. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2021.100171
de Souza, A. S. C., & Debs, L. (2024). Concepts, innovative technologies, learning approaches and trend topics in education 4.0: A scoping literature review.

Social Sciences & Humanities Open, 9, 100902. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2024.100902
Fernandez Rivas, D., Cintas, P., Glassey, J., & Boffito, D. C. (2024).

Ultrasound and sonochemistry enhance education outcomes: From fundamentals and applied research to entrepreneurial potential. Ultrasonics Sonochemistry, 103, 106795. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2024.106795
Fisu, A. A., Syabri, I., & Andani, I. G. A. (2024).

How do young people move around in urban spaces?: Exploring trip patterns of generation-Z in urban areas by examining travel histories on Google Maps Timeline.

Travel Behaviour and Society, 34, 100686. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.tbs.2023.100686
Gorbunov, O., Vatnik, I., Smirnov, S., & Churkin, D. (2024). Simulation of narrow generation in a Raman fiber laser with random distributed feedback.

Optics & Laser Technology, 174, 110677. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.optlastec.2024.110677
Khatri, P., Duggal, H. K., Lim, W. M., Thomas, A., & Shiva, A. (2024).

Student well-being in higher education: Scale development and validation with implications for management education.

The International Journal of Management Education, 22(1), 100933. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijme.2024.100933
Lalita, A. C., Zakiah, L., & Haikal, D. R. (2024).

The Effect of Multicultural Education on the Tolerant Attitudes of Elementary School Students : A Literature Study. 8(1), 16–21.
Lee, C.-Y., Pan, P. J. Der, Liao, C.-J., Chen, H.-Y., & Walters, B. G. (2013). E-character education among digital natives: Focusing on character exemplars.

Computers & Education, 67, 58–68. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.compedu.2013.02.020
M. Huber, M., & Mafi, S. L. (2013). Education par excellence: Developing personal competencies and character through philanthropy-based education.

Journal of Accounting Education, 31(3), 310–332. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jaccedu.2013.07.001
Panatsa, V. M., & Malandrakis, G. (2024). Greek primary school students’ moral judgments and motives about sustainable food consumption.

Cleaner and Responsible Consumption, 12, 100173. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.clrc.2024.100173
Renwick, K., Powell, L. J., & Edwards, G. (2024).

Understanding practice architectures in food systems education: A case study.

Teaching and Teacher Education, 142, 104531. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.tate.2024.104531
Shim, J. (2023).

Investigating the effectiveness of introducing virtual reality to elementary school students’ moral education.

Computers & Education: X Reality, 2, 100010.https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cexr.2023.100010
Triningsih, W., Utami, R. T., Murtiyasa, B., & Setyaningsih, N. (2024).

Pemanfaatan Fitur Asesmen Murid dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM) pada Pembelajaran Statistika di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 8(1), 127–135. https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i1.6960